Adab dan Manfaat Menuntut Ilmu

Adab dan Manfaat Menuntut Ilmu

'Hai orang-orang yang beriman, apabila dikatakan kepadamu, “Berlapang-lapanglah dalam majelis”, maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan, “Berdirilah kamu”, maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.’ (QS 58: 11)

Dunia pendidikan kita sering menggemparkan. Di sisi yang satu, cukup banyak pelajar kita yang sering memperoleh penghargaan di tingkat internasional melalui olimpiade matematika, fisika, kimia, dan astronomi. Mahasiswa Indonesia yang belajar di luar negeri pun banyak yang berprestasi tidak kalah dengan mahasiswa dari negara maju. Malahan, ada di antara mereka yang setelah lulus tidak mau kembali ke Indonesia karena langsung memperoleh pekerjaan dengan gaji yang luar biasa besarnya. Namun, di sisi yang lain, sering pula kita mendengar dan/atau menyaksikan sendiri perkelahian antarpelajar. Pelajar mengamuk karena tidak naik kelas atau tidak lulus. Pelajar mencorat-coret bajunya sebagai wujud gembira karena lulus ujian nasional. Pelajar putri mempunyai gang nero. Beberapa guru bersekongkol melakukan kecurangan dalam pelaksanaan ujian nasional. Guru ”menyiasati” sertifikasi guru. Kepala sekolah korupsi. Kepala sekolah menyuruh guru agar ”menyukseskan” ujian nasional, tetapi dengan cara curang. Di samping gitu, ada guru yang melakukan tindak kekerasan pada pelajar sehingga menewaskan pelajar tersebut.
Di samping itu, mahasiswa tawur dengan sesama mahasiswa. Mahasiswa tawur dengan awak kendaraan umum. Mahsiswa terlibat kasus narkoba.Dosen berselingkuh. Ada perguruan tinggi yang dalam upaya mendidik kesamaptaan fisik dan mental rohani dengan cara kekerasan sehingga mengakibatkan korban jiwa (tengoklah STPDN, Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran, atau institusi pendidikan lainnya!). Di sisi yang lain lagi, cukup banyak gedung sekolah yang ambruk karena rusak.
Jika berbagai peristiwa itu ditinjau dari sudut pandangan adab dan manfaat menuntut ilmu, dapat dipastikan bahwa semua itu tidak mungkin terjadi tanpa sebab. Penyebabnya pun tidak bersifat tunggal, bahkan kompleks. Namun, secara sederhana dapat dikemukakan bahwa tidak dipahaminya dan/atau tidak diamalkannya adab dan manfaat menuntut ilmu menjadi penyebab utama.
Pemahaman dan pengamalan adab menuntut ilmu dan pemahaman dan pengamalan manfaat ilmu sangat banyak dan kompleks. Semua pihak yang terkait dengan proses menuntut ilmu seharusnya memahami benar dan mengamalkan adab menuntut ilmu. Dari sisi peserta didik, dalam hubungannya dengan adab menuntut ilmu, ada adab terhadap diri sendiri, adab terhadap guru, adab berteman, dan adab terhadap kehidupan ilmiahnya.
Pada kesempatan ini mari kita perhatikan secara khusus adab terhadap diri sendiri dalam hubungannya dengan menuntut dan mengamalkan ilmu. Kata kunci dalam hubungannya dengan adab dan manfaat menuntut ilmu adalah ibadah kepada Allah swt. menjadi landasan dan tujuan menuntut ilmu.

‘Dan tidak Aku ciptakan jin dan manusia, kecuali untuk mengabdi kepada-Ku.’ (QS, adz-Dzariyat: 56)

Ibadah apa pun selalu dikerjakan dengan ikhlas.

‘Padahal mereka tidak disuruh, kecuali supaya beribadah kepada Allah dengan mengikhlaskan ketaatan kepada-Nya dalam melaksanakan agama dengan lurus ….’ (al-Bayyinah: 5)

Persoalannya adalah apakah kita mempunyai niat beribadah kepada Allah dalam hal menuntut ilmu? Berapa banyak di antara umat Islam yang menuntut ilmu dengan niat beribadah kepada Allah?
Menuntut ilmu yang dilandasai dan dengan tujuan ibadah pada Allah swt. pasti ditempuh dengan cara yang diridhai-Nya. Perintah Allah swt. dan Rasul-Nya dilaksanakan dengan ikhlas, sedangkan larangan-Nya ditinggalkan juga dengan ikhlas. Di bawah ini dikemukakan beberapa contoh perintah Allah swt. yang dapat berkaitan dengan adab dan manfaat menuntut ilmu. Mari kita selalu bertanya: Mengapa dan sudahkah kita melaksanakannya?

1. jujur (QS 22: 30)

'Demikianlah (perintah Allah). Dan barangsiapa mengagungkan apa-apa yang terhormat di sisi Allah maka itu adalah lebih baik baginya di sisi Tuhannya. Dan telah dihalalkan bagi kamu semua binatang ternak, terkecuali yang diterangkan kepadamu keharamannya, maka jauhilah olehmu berhala-berhala yang najis itu dan jauhilah perkataan-perkataan dusta.'

2. menghargai waktu agar tidak merugi (QS 103:1-3)

Demi masa, sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam keadaan kerugian, kecuali orang-orang yang benar beriman dan mengerjakan amal salih, dan nasihat-menasihati agar menaati kebenaraan dan nasihat-menasihati supaya menetapi kesabaran.'

3. berlaku tawadhu’ (QS 17: 37)

Dan janganlah kamu berjalan di muka bumi ini dengan sombong karena sesungguhnya kamu sekali-kali tidak dapat menembus bumi dan sekali-kali kamu tidak akan sampai setinggi gunung!'

4. bersabar (QS 3: 200)







‘Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negerimu) dan bertakwalah kepada Allah supaya kamu beruntung.'

5. bercita-cita tinggi dan bersemangat dalam menuntut ilmu (QS 39: 9; 58: 11)


’(Apakah kamu hai orang musyrik yang lebih beruntung) ataukah orang yang beribadah di waktu-waktu malam dengan sujud dan berdiri, sedang ia takut kepada (azab) akhirat dan mengharapkan rahmat Tuhannya? Katakanlah, “Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?” Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran.’

6. konsisten pada tuntunan Rasulullah saw. (QS al-Hasyr: 7)


Apa yang diberikan Rasul kepadamu, maka terimalah dia. Dan apa yang dilarangnya baginya, maka tinggalkanlah; dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah sanggat keras hukuman-Nya.

‘Katakanlah, “Taatilah Allah dan Rasul-Nya; jika kamu berpaling, sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang kafir. ” (QS Ali Imran: 32)

7. sadar selalu diawasi Allah (QS 13: 33)
'Maka apakah Tuhan yang menjaga setiap diri terhadap apa yang diperbuatnya (sama dengan yang tidak demikian sifatnya)? Mereka menjadikan beberapa sekutu bagi Allah. Katakanlah, “Sebutkanlah sifat-sifat mereka itu”. Atau apakah kamu hendak memberitakan kepada Allah apa yang tidak diketahui-Nya di bumi, atau kamu mengatakan (tentang hal itu) sekedar perkataan pada lahirnya saja. Sebenarnya orang-orang kafir itu dijadikan (oleh syaitan) memandang baik tipu daya mereka dan dihalanginya dari jalan (yang benar). Dan barangsiapa yang disesatkan Allah, maka baginya tak ada seorangpun yang akan memberi petunjuk. Maka apakah Tuhan yang menjaga setiap diri terhadap apa yang diperbuatnya (sama dengan yang tidak demikian sifatnya)? Mereka menjadikan beberapa sekutu bagi Allah. '

8. berpaling dari tempat-tempat yang sia-sia (QS 25: 72)

’... dan apabila mereka bertemu dengan (orang-orang) yang mengerjakan perbuatan-perbuatan yang tidak berfaidah, mereka lalui (saja) dengan menjaga kehormatan dirinya.’

9. menghindari hura-hura (QS 7: 31)
’Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) mesjid, makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya, Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan!'

10. bersikap lemah-lembut (QS 31: 19)

'Dan sederhanakanlah kamu dalam berjalan dan lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya, seburuk-buruk suara ialah suara keledai.'

11. berpikir dan merenung (QS 6: 50)
‘Katakanlah, “Aku tidak mengatakan kepadamu, bahwa perbendaharaan Allah ada padaku, dan tidak (pula) aku mengetahui yang ghaib dan tidak (pula) aku mengatakan kepadamu bahwa aku seorang malaikat. Aku tidak mengikuti kecuali apa yang diwahyukan kepadaku. Katakanlah, “Apakah sama orang yang buta dengan orang yang melihat?” Maka apakah kamu tidak memikirkan(-nya)?’

12. teguh pendirian dan selektif menerima berita (QS 49: 6)
'Hai, orang-orang yang beriman! Jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu!'

0 komentar:

Posting Komentar